Papua dan Kemiskinan

Friday, September 22, 2006

PAPUA TIDAK ADA ORANG MISKIN


Miskin??? benarkah di Papua tidak ada orang miskin? Pertanyaan ini menggelitik hati sanubariku, karena waktu teman-teman melakukan sosial mapping, sosialisasi awal di basis dan waktu FGD RK pernyataan disini tidak ada orang miskin selalu mereka (masyarakat, red) lontarkan. Hal ini perlu dikaji dan dipahami lebih mendalam.
Sedangkan di beberapa surat kabar baik surat kabar nasional maupun surat daerah misalnya Cendrawasih Pos (surat kabar pertama dan terbesar di Papua, red) 5 September 2006 menyatakan setengah penduduk Papua miskin (47,99 %) hal ini diungkapkan oleh Kepala Biro Pusat Statistik propinsi Papua JA Djarot Soesanto.

Masyarakat di kelurahan dampingan (Kelurahan Bhayangkara, Gurabesi, Imbi dan Tanjung Ria), banyak warga yang tidak mau disebut orang miskin, mereka menganggap kata miskin itu hina, mereka mengatakan di Papua tidak ada gelandangan dan orang yang minta-minta, bahkan di Papua katanya lahan dan sumber daya alam lainnya seperti mineral, kelautan dan lain-lain banyak terdapat disini sambungnya.

Dalam kamus dasar bahasa Indonesia, kata miskin berarti tidak berharta, serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Kemiskinan berarti ”hal miskin, keadaan miskin”. Namun tak semua orang tak berharta serba kekurangan bisa disebut sebagai orang miskin (Kompas, 18 Agustus 2006). Hal ini terjadi pula di propinsi Papua dimana masyaraktnya tidak mau dikatakan miskin tapi mereka lebih senang dikatakan tidak punya atau kekurangan. Ternyata dulu-dulunya manusia purba hanya mengenal kata punya dan tidak punya. Punya makanan, punya kapak batu, punya api, atau tidak punya makanan, tidak punya kapak batu, tidak punya punya api. Namun orang yang tidak punya makanan, kapak batu dan api tidak pernah disebut miskin. Orang yang punya makanan, kapak batu dan api, tidak pernah disebut kaya. Kosa kata miskin dan kaya baru dikenal manusia ketika ada kultur metropolitan.
Eksploitasi pihak yang lemah oleh yang kuat ini pada akhirnya menciptakan strata kaya dan miskin (Kompas, 18 Agustus 2006).

Tapi apapun istilahnya apakah itu miskin atau tidak punya atau serba kekurangan di propinsi Papua banyak orang yang kurang beruntung (miskin). Menurut data BPS propinsi Papua data bulan Maret 2006 sebanyak 47,99 % penduduk Papua tergolong miskin (Cendrawasih Pos, 5 September 2006). Begitupun di kelurahan sasaran Pilot Project P2KP-3 di Papua banyak warga yang tergolong miskin. Ketika mereka berembug (FGD) Refleksi Kemiskinan (RK), mereka mengungkapkan arti miskin menurut mereka adalah orang yang tidak dapat memenuhu kebutuhan dasarnya secara manusiawi.
Masyarakat berdiskusi selain mengartikan kata miskin, juga mengenali ciri-ciri kemiskinan, dan penyebab kemiskinan serta akar dari penyebab kemiskinan tersebut adalah seperti apa?
Menurut mereka ciri-ciri kemisikinan adalah :tidak punya usaha, tidak punya pekerjaan, tidak punya pekerjaan yang tetap, penghasilan rata-rata per bulan Rp. 500.000 s/d 750.000 dengan tanggungan 5 anak atau lebih,p endidikan rendah, tidak punya kerampilan, makan seadanya 1 atau 2 kali sehari, linglungan kumuh, kurang air bersih, MCK tidak baik, penyakit yang sering diderita adalah : malaria, batuk, sakit paru2, pusing mereka berobat ke Puskesmas dengan menggunakan kartu Asskeskin. Mereka pun dapat menuturkan penyebab kemiskinan yaitu : malas ( sifat manusia), pendidikan rendah karena tidak ada biaya, biaya mahal, kebijakan tidak berpihak, sifat manusia.(malas), tidak punya modal usaha ( tidak berusaha, tidak ada jaminan, tidak dipercaya, sifat manusia), serta kesemua itu katanya akibat lunturnya nilai-nilai moral manusia dimana manusia banyak yang tidak jujur, tidak adil, tidak berpihak kepada masyarakat banyak (terutama yang termajinalisasi), sudah banyak yang tidak peduli sastu sama lainnya. Itulah sekelumit hasil diskusi yang dilakukan masyarakat kelurahan sasaran waktu melakukan FGD RK.
Dari uraian di atas di Papua memang tidak ada orang miskin karena mereka tidak mengenal kata miskin tapi yang mereka kenal dan terima adalah kata tidak punya atau kekurangan. Masyarakat Papua yang dikatagorikan tidak punya atau kekurangan (miskin, red) memang cukup banyak (47,99 %). Bagaimana dengan kondisi masyarakat kelurahan sasaran adakah masyarakat yang tidak punya atau kekurangan (miskin, red), berapa jumlahnya di mana saja dan kelompok mana saja? Nantikan di episode berikutnya